Entri Populer

Selasa, 11 Januari 2011

Makalah tentang Rawat Gabung Ibu dan Bayi

BAB I
PENDAHULUAN

Sistem rawat gabung merupakan sistem perawatan bayi yang disatukan dengan ibu, sehingga ibu dapat melakukan semua perawatan dasar bagi bayinya. Bayi bisa tingga bersama ibunya daam satu kamar sepanjang siang maupun malam hari sampai keduanya keluar dari rumah sakit atau bayi dapat dipindahkan ke bangsa neonatus atau ke ruang observasi pada saat-saat tertentu, seperti pada malam hari atau pada jam-jam kunjungan atau besuk. Rawat gabung memiiki banyak keuntungan.sistem ini memberikan kesempatan pada ibu baru, khusunya primipara, untuk mempeajari dengan sungguh-sungguh bagaimana cara merawat bayinya dan memudahkan staf perawatan untuk menjawab semua pernyataan yang diajukan oeh ibu tersebut.
Dengan adanya Rooming in, akan membantu memperlancar pemberian ASI. Karena dalam tubuh ibu menyusui ada hormon oksitosin. Hormon ini sangat berpengaruh pada keadaan emosi ibu. Jika Ibu tenang dan bahagia karena dapat mendekap bayinya, maka hormon ini akan meningkat dan ASI pun cepat keluar. Sehingga bayi lebih puas mendapatkan ASI . Manfaat lain dari perawatan rooming in bagi bayi akan lebih cepat menyesuaikan dengan waktu tidur dan bangun dengan ibu. Selain itu jika bayi menangis akan langsung didekap ibu sehingga bayi akan tenang mendengarkan detak jantung ibu.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Rawat Gabung
Rawat gabung adalah bayi bersama ibunya dirawat dalam satu kamar atau satu ruangan dan dapat juga diartikan bahwa membuat ibu dan anaknya bergabung daam satu ruangan atau tempat tidur sama dan dapat mencegah terjadinya infeksi serta akan meningkatkan keberhasilan pemberian ASI, terutama bila digabungkan dengan penyediaan pedoman-pedoman pemberian ASI.

B. Tujuan Rawat Gabung
a. Memberikan bantuan emosional
1). Ibu dapat memberikan kasi sayang sepenuhnya kepada bayi
2).Memberikan kesempatan kepada ibu dan keluarga untuk mendapatkan pengalaman dalam merawat bayi
b. Penggunaan ASI
1). Agar bayi dapat sesegera mungkin mendapatkan kolostrum/ASI
ASI adalah makanan bayi yang terbaik. Produksi ASI akan lebih cepat dan lebih banyak bila dirangsang sedini mungkin dengan cara, menetekkan sejak bayi lahir dengan cara menetekkan sejak bayi lahir hingga selama mungkin. Pada hari-hari pertama, yang keluar adalah colostrums yang jumlahnya sedikit.
2). Produksi ASI akan makin cepat dan banyak jika diberikan sesering mungkin
c. Pencegahan infeksi
Mencegah terjadinya infeksi silang, pada perawatan bayi dimana banyak bayi yang disatukan, infeksi silang sulit dihindari. Dengan rawat gabung, lebih mudah mencegah infeksi silang.Bayi yang melekat pada kulit ibu akan memperoleh transfer antibodi dari si ibu. Colostrum yang mengandung antibodi dalam jumlah tinggi akan melapisi seluruh permukaan kulit dan saluran pencernaan bayi, dan diserap oleh bayi sehingga bayi akan mempunyai kekebalan yang tinggi. Kekebalan mencegah infeksi terutama pada diare.
d. Pendidikan kesehatan
Kesempatan melaksanakan rawat gabung da apat dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan kesehatan pada ibu, terutama primipara.
e. Memberikan stimulasi mental dini tumbuh kembang pada bayi

C. Manfaat Rawat Gabung
Obat bekerja sebagai hasil interaksi fisiokemikal antar molekul-molekul obat dan molekul-molekul tubuh resipien/pasien. Reaksi kimia ini dapat mengubah carakerja sel yang selanjutnya dapat menimbulkan perubahan pada perilak jaringan, organ dan system. Obat memodifikasi fungsi tubuh yang sudah ada .Sebagian besar obat akan bekerja pada lebih dari satu jenis sel dan dengan demikian menimbulkan efek yang multiple pada tubuh. Sebagian besar molekul obat bekerja lewat :
1. Reseptor protein pada membrane sel atau di dalam sel
2. Saluran ion di dalam membran sel
3. Enzim-enzim dalam sel atau cairan ekstrasel
Adapun manfaat rawat gabung yaitu:
1. Aspek fisik
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka ibu dapat dengan mudah menjangkau bayinya untuk melakukan perawatan sendiri dan menyusui setiap saat, kapan saja bayinya menginginkan (nir-jadwal).
2. Aspek fisiologis
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera disusui dan frekuensinya lebih sering. Proses ini merupakan proses fisiologis yang alami, di mana bayi mendapat nutrisi alami yang paling sesuai dan baik. Untuk ibu, dengan menyusui maka akan timbul refleks oksitosin yang akan membantu proses fisiologis involusi rahim.



3. Aspek psikologis
Dengan rawat gabung maka antara ibu dan bayi akan segera terjalin proses lekat (early infant-mother bonding) akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya.
4. Aspek Edukatif
Dengan rawat gabung, ibu (terutama yang baru mempunyai anak pertama) akan mempunyai pengalaman yang berguna, sehingga mampu menyusui serta merawat bayinya bila pulang dari rumah sakit.
5. Aspek Medis
Dengan pelaksanaan rawat gabung maka akan menurunkan terjadinya infeksi nosokomial pada bayi serta menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayi.

D. Pelaksanaan Rawat Gabung
1. Di poliklinik kebidanan
a. Memberikan Penyuluhan mengenai kebaikan ASI dan merawat gabung.
b. Memberikan penyuluhan mengenai perawatan payudara, makanan ibu hamil, nifas, perawatan bayi.
c. Mengadakan ceramah, Tanya jawab. Dan motivasi KB.
d. Membantu ibu yang mempunyai masalah dalam kesehatan ibu dan anak sesuai dengan kemampuan.
2. Di kamar bersalin
Adapun kriteria yang diambil sebagai syarat rawat gabung yaitu:
a. Nilai Apgar lebih dari 7
b. BB lebih dari 2500 gram dan kurang dari 4000 gram
c. Masalah kehamilan lebih dari 36 minggu dan kurang dari 42 minggu
d. Lahir spontan persentasi kepala
e. Ibu sehat
3. Di ruang perawatan
Bayi diletakkan di dalam tempat tidur bayi dan ditempatkan di samping ibu. Pada waktu berkunjung bayi dan tempat tidurnya di tempatkan ke ruangan lain, perawat harus memperhatikan keadaan umum bayi dan dapat dikenali keadaan-keadaan yang tidak normal, bayi bias menyusu sewaktu ia menginginkan dan bayi tidak boleh menyusu dari botol.
4. Di ruang follow up
Aktifitas di ruang follow up:
a. Menimbang berat bayi
b. Anamnesis mengenai makanan bayi
c. Cara menyusukan bayi
d. Pemberian imunisasi menurut instruksi dokter


E. ASI Ekslusif pada Rawat Gabung
Menurut Professor Guido Moro dari Macedonis Melloni Maternity Hospital di Milan dua pertiga dari sistem kekebalan tubuh bayi ada di bagian perutnya, sehingga sangatlah penting untuk memperhatikan apa yang ia makan dan minum. Itulah sebabnya mengapa buah hati Ibu yang baru lahir sangat membutuhkan ASI terutama selama 6 bulan pertama kehidupannya. Sebagai makanan pertama si buah hati, ternyata ASI bukan hanya nutrisi sempurna untuk buah hati dan mendekatkan hubungan emosi antara ibu dan sang bayi, namun sekaligus memberi perlindungan karena ASI bermanfaat memperkuat imunitas alami bayi yang baru lahir. Manfaat ASI untuk sang buah hati, sepuluh keajaibannya antara lain:
1.ASI memperkuat sistem kekebalan tubuh. Komponen utama pembangun sistem kekebalan tubuh pada ASI adalah prebiotik.
2..ASI menurunkan terjadinya resiko alergi.
3. ASI menurunkan resiko terjadinya penyakit pada saluran cerna, seperti diare dan meningkatkan kekebalan pada sistem pencernaan.
4. ASI menurunkan resiko gangguan pernafasan, seperti flu dan batuk.
5. ASI kaya akan AA dan DHA yang medandukung pertumbuhan kecerdasan anak.
6.ASI mengandung prebiotik alami untuk mendukung pertumbuhan flora usus.
7.ASI memiliki komposisi nutrisi yang tepat dan seimbang.
8. Bayi-bayi yang diberikan ASI menjadi lebih kuat. Menyusui juga menurunkan
terjadinya resiko obesitas saat ia tumbuh besar kelak
9. Bayi-bayi yang menerima ASI memiliki resiko lebih rendah dari penyakit jantung dan darah tinggi di kemudian hari.
10 Menurut hasil penelitian, menyusui telah terbukti dapat menurunkan resiko kanker payudara, kanker ovarium, dan osteoporosis.
Sebagai sumber gizi utama dikala buah hati belum dapat mencerna makanan padat, ASI yang diproduksi langsung oleh tubuh bunda setelah proses melahirkan dengan bantuan hormon prolactin dan oxytocin ini, ternyata mengandung nutrisi lengkap yang disesuaikan dengan kebutuhan buah hati. Adapun nutrisi yang dimaksud yaitu nutrisi makro seperti protein, lemak dan karbohidrat, serta nutrisi mikro seperti vitamin dan mineral. Nutrisi lainnya seperti DHA, AA, asam lemak Omega 3 dan Omega 6 merupakan kandungan ASI yang membantu proses pembentukan sel otak, memelihara jaringan otak, dan kemampuan penglihatan.

F. Kontra Indikasi Rawat Gabung
Adapun kontra indikasi pada rawat gabung yaitu:
1. Keadaan ibu
a. Kondisi kardiorespirasi yang tidak baik, penyakit jantunng fungsional.
b. Pascapreklampsia, kesadaran belum baik.
c. Penyakit infeksi akut, TBC.
d. Penyakit Hepatitis B, terinfeksi virus HIV, herpes simpleks.
e. Terbukti menderita karsinoma payudara.
2. Keadaan bayi
a. Bayi kejang atau kesadaran menurun.
b. Sakit berat oada jantung dan paru.
c. Bayi yang memerlukan pengawasan intensif atau terapi khusus.
d. Cacat bawaan sehingga tidak mampu menyusui.
G. Kesulitan Rawat Gabung
1. Kasus tidak terdaftar belum memperoleh penyuluhan sehingga masih takut untuk menerima rawat gabung.
2. Kekurangan tenaga pelaksana kesehatan untuk mencapai tujuan yang maksimal.
3. Secara terpaksa masih digunakan susu formula untuk keadaa- keadaan dimana ASI sangat sedikit.







BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Rawat gabung atau Rooming in adalah suatu system perawatan dimana bayi beserta ibunya dirawat dalam satu unit. Dalam pelaksanaannya bayi harus berada disamping ibu sejak segera setelah lahir samapai pulang. Fasilitas Rooming in adalah hak seorang ibu , dengan adanya rawat gabung ini hubungan ibu dan bayinya akan semakin erat dan bayi bias merasakankasih sayang dari ibunya. Ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin kapan saja dibutuhkan, ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benar seperti yang dilakukan oleh petugas, ibu mempunyai pengalaman dalam merawat bayinya sendiri selagi ibu masih di rumah sakit dan yang lebih penting lagi, Ibu memperoleh bekal keterampilan merawat bayi serta menjalankannya setelah pulang dari rumah sakit. Pada Rawat Gabung inisiasi dini dan pemberian ASI eksklusif adalah hal yang perlu dimengerti setiap Ibu.



DAFTAR PUSTAKA

Farrer, Helen. 1999. Perawatan Maternitas (Maternity Care). Jakarta: EGC.
Maryam, A. 2003. Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Makassar: UIT.
Prawirohardo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Mappiwali, Asrul. 2008. Rawat Gabung (Rooming In). Makassar: FK UNHAS.
….Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Makassar: YAPMA.

Jumat, 07 Januari 2011

Depresi Masa Nifas

A. PENGERTIAN
• Depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan, suatu perasaan tidak ada harapan lagi (Hadi, 2004).
• Depresi adalah keadaan patah hati atau putus asa yang disertai dengan melemahnya kepekaan terhadap stimulus tertentu, pengurangan aktivitas fisik maupun mental dan kesulitan dalam berpikir (Kartono, 2002).
• Individu yang mengalami depresi sering merasa dirinya tidak berharga dan merasa bersalah. Mereka tidak mampu memusatkan pikirannya dan tidak dapat membuat keputusan. Individu yang mengalami depresi selalu menyalahkan diri sendiri, merasakan kesedihan yang mendalam dan rasa putus asa tanpa sebab. Mereka mempersepsikan diri sendiri dan seluruh alam dunia dalam suasana yang gelap dan suram. Pandangan suram ini menciptakan perasaan tanpa harapan dan ketidakberdayaan yang berkelanjutan (Albin, 1991)

Jadi dapat di simpulkan bahwa yang di maksud dengan
depresi postpartum adalah gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi pada 10 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus – menerus sampai 6 bulan bahkan sampai satu tahun (Llewellyn–Jones 1994).
B. FAKTOR PENYEBAB
1) Sarafino (Yanita dan Zamralita, 2001),
Faktor yang dianggap sebagai penyebab munculnya gejala ini adalah masa lalu ibu tersebut, yang mungkin mengalami penolakan dari orang tuanya atau orang tua yang overprotective, kecemasan yang tinggi terhadap perpisahan, dan ketidakpuasaan dalam pernikahan. Perempuan yang memiliki sejarah masalah emosional rentan terhadap gejala depresi ini, kepribadian dan variabel sikap selama masa kehamilan seperti kecemasan, kekerasan dan kontrol eksternal berhubungan dengan munculnya gejala depresi.
2) Llewellyn–Jones (1994)
Karakteristik wanita yang berisiko mengalami depresi postpartum adalah wanita yang mempunyai sejarah pernah mengalami depresi, wanita yang berasal dari keluarga yang kurang harmonis, wanita yang kurang mendapatkan dukungan dari suami atau orang–orang terdekatnya selama hamil dan setelah melahirkan, wanita yang jarang berkonsultasi dengan dokter selama masa kehamilannya misalnya kurang komunikasi dan informasi, wanita yang mengalami komplikasi selama kehamilan.
3) Menurut Kruckman (Yanita dan zamralita, 2001), menyatakan terjadinya depresi pascasalin dipengaruhi oleh faktor
a) Biologis. Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi postpartum sebagai akibat kadar hormon seperti estrogen, progesteron dan prolaktin yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dalam masa nifas atau mungkin perubahan hormon tersebut terlalu cepat atau terlalu lambat.
b) Karakteristik ibu, yang meliputi :
Faktor umur. Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seseorang perempuan untuk melahirkan pada usia antara 20–30 tahun, dan hal ini mendukung masalah periode yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang ibu. Faktor usia perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi seorang ibu.
Faktor pengalaman. Beberapa penelitian diantaranya adalah pnelitian yang dilakukan oleh Paykel dan Inwood (Regina dkk, 2001) mengatakan bahwa depresi pascasalin ini lebih banyak ditemukan pada perempuan primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan bayinya merupakan situasi yang sama sekali baru bagi dirinya dan dapat menimbulkan stres. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Le Masters yang melibatkan suami istri muda dari kelas sosial menengah mengajukan hipotesis bahwa 83% dari mereka mengalami krisis setelah kelahiran bayi pertama.
Faktor pendidikan. Perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau melakukan aktivitasnya diluar rumah, dengan peran mereka sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari anak–anak mereka (Kartono, 1992).
Faktor selama proses persalinan. Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi medis yang digunakan selama proses persalinan. Diduga semakin besar trauma fisik yang ditimbulkan pada saat persalinan, maka akan semakin besar pula trauma psikis yang muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan menghadapi depresi pascasalin.
Faktor dukungan sosial. Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan, persalinan dan pascasalin, beban seorang ibu karena kehamilannya sedikit banyak berkurang.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab depresi postpartum adalah faktor konstitusional, faktor fisik yang terjadi karena adanya ketidakseimbangan hormonal, faktor psikologi, faktor sosial dan karakteristik ibu.
C. GEJALA DEPRESI POSTPARTUM
Depresi merupakan gangguan yang betul–betul dipertimbangkan sebagai psikopatologi yang paling sering mendahului bunuh diri, sehingga tidak jarang berakhir dengan kematian. Gejala depresi seringkali timbul bersamaan dengan gejala kecemasan. Manifestasi dari kedua gangguan ini lebih lanjut sering timbul sebagai keluhan umum seperti : sukar tidur, merasa bersalah, kelelahan, sukar konsentrasi, hingga pikiran mau bunuh diri. Keluhan dan gejala depresi postpartum tidak berbeda dengan yang terdapat pada kelainan depresi lainnya. Hal yang terutama mengkhawatirkan adalah pikiran – pikiran ingin bunuh diri, waham–waham paranoid dan ancaman kekerasan terhadap anak–anaknya. (Cunningham dkk, 1995)



Depresi postpartum mempunyai karakteristik yang spesifik antara lain :
a) Mimpi buruk. Biasanya terjadi sewaktu tidur REM. Karena mimpi – mimpi yang menakutkan, individu itu sering terbangun sehingga dapat mengakibatkan insomnia.
b) Insomnia. Biasanya timbul sebagai gejala suatu gangguan lain yang mendasarinya seperti kecemasan dan depresi atau gangguan emosi lain yang terjadi dalam hidup manusia.
c) Phobia. Rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau keadaan yang tidak dapat dihilangkan atau ditekan oleh pasien, biarpun diketahuinya bahwa hal itu irasional adanya. Ibu yang melahirkan dengan bedah Caesar sering merasakan kembali dan mengingat kelahiran yang dijalaninya. Ibu yang menjalani bedah Caesar akan merasakan emosi yang bermacam–macam. Keadaan ini dimulai dengan perasaan syok dan tidak percaya terhadap apa yang telah terjadi. Wanita yang pernah mengalami bedah Caesar akan melahirkan dengan bedah Caesar pula untuk kehamilan berikutnya. Hal ini bisa membuat rasa takut terhadap peralatan peralatan operasi dan jarum (Duffet-Smith, 1995).
d) Kecemasan. Ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahuinya.
e) Meningkatnya sensitivitas. Periode pasca kelahiran meliputi banyak sekali penyesuaian diri dan pembiasaan diri. Bayi harus diurus, ibu harus pulih kembali dari persalinan anak, ibu harus belajar bagaimana merawat bayi, ibu perlu belajar merasa puas atau bahagia terhadap dirinya sendiri sebagai seorang ibu. Kurangnya pengalaman atau kurangnya rasa percaya diri dengan bayi yang lahir, atau waktu dan tuntutan yang ekstensif akan meningkatkan sensitivitas ibu (Santrock, 2002).
f) Perubahan Mood. Menurut depresi postpartum muncul dengan gejala sebagai berikut : kurang nafsu makan, sedih – murung, perasaan tidak berharga, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai diri, anhedonia, menyalahkan diri, lemah dalam kehendak, tidak mempunyai harapan untuk masa depan, tidak mau berhubungan dengan orang lain. Di sisi lain kadang ibu jengkel dan sulit untuk mencintai bayinya yang tidak mau tidur dan menangis terus serta mengotori kain yang baru diganti. Hal ini menimbulkan kecemasan dan perasaan bersalah pada diri ibu walau jarang ditemui ibu yang benar–benar memusuhi bayinya. (Sloane dan Bennedict, 1997)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gejala–gejala depresi postpartum antara lain adalah trauma terhadap intervensi medis yang dialami, kelelahan, perubahan mood, gangguan nafsu makan, gangguan tidur, tidak mau berhubungan dengan orang lain, tidak mencintai bayinya, ingin menyakiti bayi atau dirinya sendiri atau keduanya.
D. PENANGANAN
Depresi postpartum dapat ditangani dengan konseling dan obat antidepresan. Dukungan dan perhatian dari orang terdekat (suami, keluarga, dan teman) sangat membantu pemulihan mental penderita gangguan ini.

Klimakterium dan Menopause

A. KLIMAKTERIUM
1. Pengertian Klimakterium
Klimakterium berasal dari kata Climacter yaitu perubahan, pergantian yang berbahaya atau terjadinya banyak perubahan dalam fungsi-fungsi psikis dan fisik. Atau, Periode “krisis” yaitu terjadinya krisis-krisis dalam kehidupan yang berupa psikosomatis/rohani dan jasmani mengalami perubahan-perubahan dalam sistem hormonal sehingga berlangsung proses kemunduran yang progresif dan total. (Anonim, 2010)
a. Klimakterium adalah masa peralihan dalam kehidupan normal seorang wanita sebelum mencapai senium, yang mulai dari akhir masa reproduktif dari kehidupan sampai masa non-reproduktif yang biasanya dan terjadi pada wanita yang berumur 40 – 65 tahun. Masa ini ditandai dengan berbagai macam keluhan endokrinologis dan vegetatif.
b. Masa klimakterium meliputi pramenopause, menopause, dan pascamenopause. Pada wanita terjadi antara umur 40-65 tahun.
c. Klimakterium prekoks adalah klimakterium yang terjadi pada wanita umur kurang dari 40 tahun.
2. Etiologi
Sebelum haid berhenti, sebenarnya pada seorang wanita terjadi berbagai perubahan dan penurunan fungsi pada ovarium seperti sklerosis pembuluh darah, berkurangnya jumlah folikel dan menurunnya sintesis steroid seks, penurunan sekresi estrogen, gangguan umpan balik pada hipofise. (Anonim, 2010)
3. Diagnosa Klimakterium
Diagnosis sindrom klimakterik dapat ditegakkan berdasarkan usia penderita dan keluhan – keluhan yang timbul. Dignosis pasti didasarkan pada peningkatan kadar FSH serum. Diagnosis banding yang perlu dipikirkan adalah penyakit pembuluh darah, hipertensi dan gangguan psikiatrik. Tidak boleh dilupakan bahwa gejolak panas dapat desebabkan pula oleh hipertitoid. Bila terjadi perdarahan atipik, maka perlu segera dilakukan tindakan dilatasi dan kuretase untuk menyingkirkan kemungkinan keganasan. (Anonim, 2010)
4. Gejala Sindrom klimakterik
Penurunan fungsi ovarium dapat berlangsung cepat pada sebagian wanita dan lebih lambat pada yang lainnya. Sebagian wanita menghasilkan estrogen endogen yang cukup sehingga tetap tanpa gejala, sedangkan yang lain memperlihatkan beragam gejala semasa klimakterium.
Gejala-gejalanya dapat dikelompokkan menjadi :
a. Gangguan neurovegetatif (vasomotorik-hipersimpatikotoni) yang mencakup:
1) Gejolak panas (hot flushes)
2) Keringat malam yang banyak
3) Rasa kedinginan
4) Sakit kepala
5) Desing dalam telinga
6) Jantung berdebar-debar
7) Susah bernafas
8) Jari-jari atrofi
9) Gangguan usus (meteorismus)
b. Gangguan psikis
1) Mudah tersinggung
2) Depresi
3) Lekas lelah
4) Kurang bersemangat
5) Insomania atau sulit tidur
c. Gangguan organik
1) Infark miokard (gangguan sirkulasi)
2) Atero-sklerosis (hiperkolesterolemia)
3) Osteoporosis
4) Gangguan kemih (disuria)
5) Nyeri senggama (dispareunia)
6) Kulit menipis
7) Gangguan kardiovaskuler
5. Patofisiologi
Penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium untuk menjawab rangsangan gonadotropin, sehingga terganggunya interaksi antara hipotalamus – hipofise. Pertama-tama terjadi kegagalan fungsi luteum. Kemudian turunnya fungsi steroid ovarium menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik negatif terhadap hipotalamus. Keadaan ini meningkatkan produksi FSH dan LH. Dari kedua gonadoropin itu, ternyata yang paling mencolok peningkatannya adalah FSH. (Herawati, 2009)
6. Gangguan Organik Pada Masa Klimakterium
Organ sasaran Bentuk perubahan Akibatnya
Urogenital Atrofi vulva, vagina, uterus, vesika
urinaria Elastisitas menurun, mengecil, kering,mudah cedera, mudah infeksi
Hemodinamik Gangguan pembuluh darah tepi Infark miokard
Metabolisme Hiperkolesterolemia,kekurangan kalsium,gangguan metabolisme karbohidrat Aterosklerosis, osteoporosis,adipositas
Endokrin Hiperfungsi hipofisis,disfungsi tiroid, peningkatan androgen Hipertiroid, defeminisasi,virilisasi
Vegetatif Hipersimpatikotonik,ataksi Labil, gangguan somatik


7. Kehidupan Seks Pada Masa Klimakterium
Banyak wanita yang berpendapat bahwa hubungan seks tidak mungkin dilakukan lagi pada masa klimakterium. Pendapat seperti ini tidak dapat dibenarkan lagi. Hubungan seks tetap dapat dilakukan meskipun usia telah lanjut. Akibat kekurangan estrogen, vagina menjadi kering dan mudah cedera sehingga terasa sakit sewaktu bersanggama. Rasa sakit ini dapat dihilangkan hanya dengan pemberian hormon berupa tablet estrogen oral maupun berupa krem vagina. Berkonsultasi dan meminta nasihat dokter tetap merupakan cara terbaik. Masalah utama yang menyebabkan seorang wanita tidak mau melakukan hubungan seks adalah faktor psikis wanita tersebut. Mereka takut, gelisah, tegang, sehingga sulit untuk melakukannya. Keadaan serupa terkadang juga ditemukan pada suami. Istri dan suami mengeluh bahwa mereka sudah tua, kulit sudah keriput dan badan lemah. Untuk apa melakukan hubungan seks lagi. Sekali lagi ditekankan di sini bahwa pendapat tersebut tidak dapat dibenarkan. (Anonim, 2010)
Hubungan seks sangat berperan pada keserasian hubungan suami istri. Setiap masalah yang timbul akan menyebabkan ke-retakan dalam rumah tangga. Untuk memecahkan masalah-masalah seperti ini, perlu dicari orang ketiga untuk mengemukakan semua masalah tersebut, dan cara yang sederhana ini acapkali mampu menyelesaikan masalah yang ada. (Anonim, 2010)
8. Terapi atau Pengobatan
a. Psikoterapi
b. Sedativa, psikofarma
c. Balneoterapi (pengaturan diet)
d. Substitusi hormonal (Anonim, 2010)
B. MENOPAUSE
1. Pengertian Menopause
Menopause berasal dari kata menopause, men: bulan, pause: pausa, pause: pauoo: periode atau tanda berhenti. Jadi, menopause adalah berhentinya secara definitif menstruasi atau berhentinya menstruasi jika ovarium tidak lagi menghasilkan estrogen, yaitu hormone hyang membuat wanita menjadi benar-benar murni wanita. (Herawati, 2009)
Menopause adalah berhentinya haid, haid bisa mendadak, tidak datang lagi bisa juga mulai menyurut secara bertahap dan berhenti sepenuhnya sesudah satu sampai dua tahun. Biasanya menopause terjadi ketika berusia antara 45 hingga 55 tahun. (Anonim, 2009)
2. Klasifikasi Menopause
a. Menopause premature
Menopause premature terjadi pada usia dibawah 40 tahun. Diagnosa menopause premature yaitu apabila ada penghentian haid sebelum waktunya disertai dengan hot flushes serta peningkatan kadar hormone gonadotropin. Apabila kedua gejala yang terkhir tidak ada, perlu dilakukan penyelidikan terhadap sebab-sebab lain dari terganggunya fungsi ovarium. Factor- factor yang dapat menyebabkan menopause premature adalah heriditer, gangguan gizi yang cukup berat, penyakit menahun dan penyakit yang merusak jaringan kedua ovarium.
Menopause premature tidak memerlukan terapi, kecuali pemberian penerangan kepada wanita yang bersangkutan. (Anonim, 2010)
b. Menopause terlambat
Batas terjadinya menopause umumnya adalah 52 tahun. Apabila seorang wanita masih mendapat haid diatas 52 tahun, maka hal itu merupakan indikasi untuk penyelidikan lebih lanjut. Sebab-sebab yang dapat dihubungkan dengan menopause terlambat ialah : konstitusional, fibromioma uteri dan tumor ovarium yang menghasilkan estrogen. Wanita dengan karsinoma endometrium sering dalam anamnesis mengemukakan menopausenya terlambat. (Anonim, 2010)
3. Tanda-Tanda Menopause
Tanda-tanda menopause yaitu:
a. Terjadi perubahan dalam haid. Mungkin tiba-tiba berhenti, atau justru anda sedang mengalami haid yang lebih sering untuk beberapa lama. Bisa pula anda tidak haid lagi selama beberapa bulan, lalu mulai mendapat haid lagi.
b. Kadang tiba-tiba merasa sangat kepanasan tanpa sebab (misalnya, sewaktu udara sangat dingin), atau keringatan. Mungkin rasa panas menyebabkan anda terbangun di malam hari.
c. Vagina menjadi lebih kering (kurang lembab) dan mengecil.
d. Perasaan gampang berubah, misalnya gembira mendadak sedih atau marah.
Tanda-tanda itu muncul lantaran indung telur telah berhenti membuat sel telur, dan tubuh anda berhenti memproduksi hormone estrogen maupun progesterone. Dan pada masa pancaroba atau peralihan itu, tubuh berusaha menyesuaikan diri. Nanti, kalau tubuh sudah terbiasa dengan pasokan hormone estrogen berkurang semua tanda di atas akan lenyap dengan sendirinya. (Herawati, 2009)
4. Faktor yang Mempengaruhi Kapan Seorang Wanita Mengalami Menopause
a. Usia saat haid pertama kali (menarche)
Semakin muda seorang mengalami haid pertama kali, semakin tua atau lama ia memasuki masa menopause. (Anonim, 2010)
b. Faktor psikis
Wanita yang tidak menikah dan bekerja diduga mempengaruhi perkembangan psikis seorang wanita. Menurut beberapa penelitian mereka akan mengalami masa menopause lebih muda, dibandingkan mereka yang menikah dan bekerja / bekerja atau tdak menikah dan tidak bekerja. (Anonim, 2010)
c. Jumlah anak
Beberapa penelitian menemukan bahwa makin sering seorang wanita melahirkan, maka makin tua merka memasuki masa menopause.
d. Usia melahirkan Semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia mulai memasuki usia menopause. Hal ini terjadi karena kehamilan dan persalinan akan memperlambat system kerja organ reproduksi. Bahkan memperlambat proses penuaan tubuh. (Herawati, 2009)
e. Pemakaian kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi hormonal akan memperlambat menopause.
f. Merokok
Diduga, wanita perokok akan lebih cepat memasuki masa menopause.
g. Sosial ekonomi
Meskipun data pasti belum diperoleh, dalam bukunya DR. Faisal menyebutkan bahwa menopause dipengaruhi oleh factor social ekonomi, disamping pendidikan dan pekerjaan suami. (Herawati, 2009)
5. Macam-Macam Perubahan Psikologis Pada Masa Menopause
a. Perubahan peran dalam kehidupan keluarga
Perubahan peran ini menginjak pada saat anak-anak menuju usia dewasa dan mandiri. Menurut Cumming dan Henry, orang yang lebih tua yang mengalami pelepasan itu menjadi bahagia dengan kebebasannya yang lebih banyak, kewajiban-kewajibannya berkurang terhadap lingkungan sosial dan terhadap kehidupan bersama. (Anonim, 2008)
b. Ibu merasa tidak lagi dibutuhkan
Dengan bertambah dewasa dan mandirinya seorang anak, terkadang anak tidak mengikutsertakan orang tua ke dalam suatu permasalahan-permasalahannya. Seorang anak ingin mengatasi berbagai masalahnya sendiri. Disini akan timbul suatu konflik baru, orang tua akan merasa tidak lagi dibututuhkan oleh anak-anak mereka. (Anonim, 2009)
c. Perubahan hubungan sosial dengan lingkungan
Dalam teori disengagement dikatakan bahwa manusia yang menjadi tua dan terutama yang sudah sangat tua akan mencari bentuk-bentuk isolasi sosial tertentu dan justru dalam isolasi itu, atau karena isolasi itu akan menjadi bahagia dan puas. (Anonim, 2009)
d. Kehilangan anggota keluarga
Ketika seorang anak menjadi orang dewasa dan pada waktunya mereka harus menikah, orang tua tentunya akan merasa senang karena kewajibannya telah selesai dalam mengasuh anak, dan dalam kesenangan itu ada perasaan kehilangan terhadap salah satu anggota keluarganya. Hal ini dapat menjadi konflik ketika semua anggota keluarga hidup mandiri dan tidak menjadi satu (tidak hidup bersama) dengan orang tuanya. (Anonim, 2010)
e. Pertambahan usia
Segera setelah dilahirkan, maka seseorang secara fisiologis menjadi lebih tua. Jaringan-jaringan dan sel-sel menjadi tua,sebagian mengalami regenerasi, tetapi sebagian lagi akan mati. (Anonim, 2010)
f. Mudah sakit-sakitan
Dengan bertambahnya usia maka jaringan-jaringan dan sel-sel menjadi tua, sebagian mengalami regenerasi tetapi sebagian lagi akan mati. Dengan tidak maksimalnya fungsi jaringan dan sel maka kondisi orang yang sudah lanjut usia akan rentan sekali terhadap penyakit, sehingga mereka akan mudah sekali sakit. (Herawati, 2009)
6. Gangguan yang Terjadi Pada Masa Menopause
a. Osteoporosis
b. Penyakit jantung koroner
HDL ( Hight Density Lipoprotein ) atau kolesterol ‘baik’ yang tinggi pada wanita muda dipengaruhi oleh estrogen. Pada wanita muda, kadar HDL lebih tinggi daripada wanita tua. Perbedaan tersebut berlanjut sampai masa menopause. Sebaliknya, totak kolesterol dan LDL ( Low Density Lipoprotein ) atau lemak kolesterol ‘jahat’ lebih rendah pada wanita menopause. Setelah menopause, LDL meningkat dengan cepat. Oleh karena itu, setelah menopause resiko terkena PJK ( penyakit jantung koroner ) menjadi dua kali lipat pada wanita karena lemak golongan atherogenik ( yang memproduksi lemak pada pembuluh arteri ) meningkat pada sekitar usia 60 tahun. (Anonim, 2010)
c. Kanker
Pada masa menopause terjadi proses degenerasi sehingga menyebabkan perubahan – perubahan tidak saja pada organ reproduksi jaga bagian tubuh lainnya. Salah satu proses degenerasi tersebut adalah penyakit kanker. Kondisi ini adalah suatu keadaan pertumbuhan jaringan yang abnormal. (Anonim, 2010)
d. Darah tinggi
e. Demensia Tipe Alzheimer ( pikun )
f. Selama periode pramenopause dan pascamenopause terjadi penurunan kadar hormone seks steroid. Penurunan ini menyebabkan beberapa perubahan neuroendokrin system susunan saraf pusat, maupun kondisi biokimiawi otak. Padahal, system susunan saraf pusat merupakan target organ yang penting bagi hormone seks steroid seperti estrogen. Pada keadaan ini terjadi proses degeneratif sel neuron (kesatuan saraf) pada hampir seluruh bagian otak, terutama didaerah yang berkaitan dengan fungsi ingatan. (Anonim, 2009)
g. Gairah seks menurun
h. Berat badan meningkat
i. Usia menopause terjadi peningkatan berat badan akibat turunnya estrogen dan gangguan pertukaran zat dasar metabolisme lemak. Selain pada usia ini, biasanya aktivitas tubuh berkurang, selain itu daya elastis kulit juga menurun, yang memudahkan lemak disimpan dalam tubuh. (Anonim, 2009)
j. Perubahan kulit
Gangguan diatas dasarnya terjadi karena hormone estrogen yang mulai tertekan. (Anonim, 2010)
7. Terapi atau Pengobatan
a. Terapi Sulih Hormon (TSH)
Program yang seimbang dari pengobatan estrogen-pengganti yang dikombinasikan dengan progestogen siklik merupakan pengobatan terbaik, karena tujuan nyata dari estrogen-pengganti adalah tidak hanya untuk meredakan gejala-gejala vasomotor melainkan juga untuk mencegah akibat metabolik seperti osteoporosis dan ateroskletosis. (Herawati, 2009)
Syarat minimal sebelum pemberian estrogen dimulai :
1) Tekanan darah tidak boleh tinggi
2) Pemeriksaan sitologi uji Pap normal
3) Besar uretus normal ( tidak ada mioma uerus )
4) Tidak ada varises di ekstremitas bawah.
5) Tidak terlalu gemuk / tidak obesitas
6) Kelenjar tiroid normal.
7) Kadar normal : Hb, kolesterol total, HDL, trigliserida, kalsium, fungsi hati.
8) Nyeri dada, hipertensi kronik, hiperlipidemia, diabetes militus perlu dikonsulkan terlebih dahulu ke spesialis penyakit dalam. (Herawati, 2009)
Kontra Indikasi Pemberian Estrogen:
1) Troboemboli, penderita penyakit hati, kolelitiasis
2) Sindrom Dubin Johnson / Botor yaitu gangguan sekresi bilirubin konjugasi
3) Riwayat ikterus dalam kehamilan
4) Kanker endometrium, kanker payudara, riwayat gangguan penglihatan, anemia berat
5) Varises berat, tromboflebitis.
6) Penyakit ginjal. (Anonim, 2010)
Persyaratan dalam Pemberian Estrogen:
1) Mulailah dengan menggunakan estrogen lemah ( estriol ) dan dengan dosis rendah yang efektif
2) Pemberian secara siklik
3) Diusahakan kombinasi degan progesteron ( bila digunakan estrogen lain seperti etinil estradiol maupun estrogen konjugasi )
4) Perlu pengawasan ketat ( setiap 6-12 bulan )
5) Bila terjadi perdarahan atipik perlu dilakukan kuretase
6) Keluhan nyeri dada, hipertensi kronik, hiperlipidemia, diabetesmelitus, terlebih dahulu konsul ke bagian penyakit dalam. (Anonim, 2010)
Yang perlu diketahui:
1) Tidak semua keluhan dapat dihilangkan dengan pemberian estrogen
2) Pelajari faktor-faktor yang menimbulkan keluhan ( faktor psikis, sosial budaya, atau hanya memang terdapat kekurangan estrogen )
3) Atasi keluhan emosi dan faktor penyebab. (Anonim, 2010)
Efek samping pemberian estrogen :
1) Perdarahan bercak
2) Perdarahan banyak ( atipik )
3) Mual.
4) Sakit kepala
5) Pruritus berat
b. Olahraga meningkatkan kebugaran dan kesehatan
c. Nutrisi
d. Kalori
e. Gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, asupan serat, air)
f. Gaya hidup
g. Pemeriksaan kesehatan
h. Meningkatkan kehidupan religi. (Anonim, 2010)
C. Komunikasi Pada Wanita Menopause dan Klimakterium
Pada fase ini wanita juga mengalami perubahan fisiologis dan perubahan psikologis. Pelaksanaan komunikasi pada wanita menopause dan klimakterium ini adalah
1. Pemberian penjelasan tentang pengertian, tanda menopause
2. Deteksi dini terhadap gangguan yang terjadi pada masa ini
3. Pemberian informasi tentang pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi
4. Membantu klien dalam pengambilan
5. Melakukan komunikasi dengan pendekatan biologis, psikologis dan sosial budaya. (Anonim,


DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2010. Klimakterium dan Menopause. online (http://enyretnaambarwati.blogspot.com/2010/03/klimakterium-dan-menopause.html)
Anonim. 2010. online (http://lenteraimpian.wordpress.com/2010/02/07/153/)
Anonim. 2008. online (http://klinis.wordpress.com/2008/01/02/kecemasan-menghadapi-menopause/)
Anonim.2008.online (http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/19/klimakterium-2/)
Anonim.2008. online (http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/19/menopause-klimakterik/)
Anonim.2009. online (http://viramedika.blogspot.com/2009/05/bagaimana-menghadapi-masa-menopause.html)
Mansur, Herawati. 2009. Psikologi Ibu dan Anak Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

Kamis, 06 Januari 2011

Kegawatdaruratan Bayi

Standar untuk pelayanan kebidanan dasar neonatal. Bidan diharapkan mampu melakukan penanganan kegawatdaruratan neonatal tertentu untuk penyelamatan jiwa ibu dan bayi. Keadaan gawatdarurat neonatal yang paling sering terjadi penyebab utama kematian bayi baru lahir.
A. Standar yang Berhubungan dengan Kegawatan Neonatal
Standar 24 : Penaganan Asfiksia Neonatorum
Pernyataan Standar :
Bidan mampu mengenali denga tepat bayi baru lahir dengan asfiksia, serta melakukan resusitasi secepatnya, mengusahakan pantauan medis yang diperlukan dan memberikan perawatan lanjutan.
Hasil:
a. Penurunan kematian bayi akibat asfiksia neonatorum. Penurunan kesakitan akibat asfiksia neonatorum
b. Meningkatnya pemanfaatan bidan
B. Penjelasan Standar
Standar 24 : Penanganan asfiksia Neonatorum


1. Tujuan :
Mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum, mengambil tindakan yang tepat dan melakukan pertolongan kegawatdaruratan bayi baru lahir yang mengalami asfiksia neonatorum.
2. Prasyarat
a. Bidan sudah dilatih dengan tepat untuk mendampingi persalinan dan memberikan perawatan bayi baru lahir dengan segera.
b. Ibu, suami, dan keluarganya mencapai pelayanan kebidanan untuk kelahiran bayi mereka.
c. Bidan terlatih dan terampil untuk :
1) Memulai pernapasan pada bayi baru lahir
2) Menilai pernapasan yang cukup pada bayi baru lahir dan mengidentifikasi bayi baru lahir yang memerlukan resusitasi
3) Menggunakan Skor Apgar
4) Melakukan resusitasi pada bayi baru lahir
d. Tersedia ruang hangat, bersih dan bebas asap untuk persalinan.
e. Adanya perlengkapan dan peralatan untuk perawatan yang bersih dan aman bagi bayi baru lahir seperti air bersih, sabun dan handuk bersih, 2 handuk/kain hangat yang bersih (1 untuk mengeringkan bayi, yang lain untuk menyelimuti bayi), sarung tangan bersih dan DTT, thermometer bersih/DTT, dan jam.
f. Tersedia alat resusiatasi dalam keadaan baik termasuk ambubag bersih dalam keadaan berfungsi baik, masker DTT (ukuran 0 dan 1), bola karet penghisap atau penghisap delee steril/DTT.
g. Kartu ibu, kartu bayi dan partograf.
h. Sistem rujukan untuk perawatan kegawatdaruratan bayi baru lahir yang efektif.
3. Proses
Bidan harus :
a. Selalu mencuci tangan dan gunakan sarung tangan bersih/DTT sebelum menangani bayi baru lahir. Ikuti praktek pencegahan infeksi yang baik pada saat merawat dan melakukan resusitasi pada bayi baru lahir.
b. Ikuti langkah pada standar 13 untuk perawatan segera bayi baru lahir.
c. Selalu waspada untuk melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi, siapkan semua peralatan yang diperlukan dalam keadaan bersih, tersedia dan berfungsi baik.
d. Segera setelah bayi lahir, nilai keadaan bayi, letakkan di perut ibu dan segera keringkan bayi dengan handuk bersih dan hangat. Setelah, bayi kering, selimuti bayi termasuk bagian kepalanya dengan handuk yang bersih dan hangat.
e. Nilai bayi dengan cepat untuk memastikan bahwa bayi bernapas atau menangis sebelum menit pertama nilai Apgar, Jika bayi tidak menangis dengan keras, bernapas dengan lemah atau bernapas cepat dan dangkal, pucat atau biru dan lemas.
1) Baringkan terlentang dengan benar pada permukaan yang datar, kepala sedikit ditengadahkan agar jalan nafas terbuka. Bayi harus tetap diselimuti hal ini penting sekali untuk mencegah hipotermi pada bayi baru lahir.
2) Hisap mulut dan kemudian hidung bayi dengan lembut dengan bola karet pengisap DTT atau pengisap delee DTT/steril. (Jangan memasukkan alat pengisap terlalu dalam pada kerongkongan bayi. Pengisap yang terlalu dalam akan menyebabkan bradikardi, denyut jantung yang tidak teratur atau spasme pada laring/tenggorokan bayi.).
3) Berikan stimulasi taktil yang lembut pada bayi (gosok punggung bayi, atau menepuk dengan lembut atau menyentil kaki bayi, keduanya aman dan efektif untuk menstimulasi bayi). Nilai ulang keadaan bayi. Jika bayi mulai menangis atau bernapas dengan normal, tidak diperlukan tindakan lanjutan. Lanjutkan dengan perawatan bagi bayi baru lahir yang normal bayi tetap tidak bernapas dengan normal (40-60 kali/menit) atau menangis, teruskan dengan ventilasi.
f. Melakukan ventilasi pada bayi baru lahir :
1) Letakkan bayi dipermukaan yang datar, selimutu dengan baik.
2) Periksa kembali posisi bayi baru lahir. Kepala harus sedikit ditengedahkan.
3) Pilih nasker yang ukurannya sesuai (nomor 0 untuk bayi yang kecil/ nomor 1 untuk bayi yang lahir dengan cukup bulan). Gunakan ambubag dan masker atau sungkup.
4) Pasang masker dan periksa pelekatannya. Pada saat dipasang di muka bayi masker harus menutupi dagu, mulut dan hidung.
5) Letakka wajah bayi dan masker
6) Remas kantung atau bernafaslah kedalam sungkup
7) Periksa perlekatannya dengan cara ventilasi 2 kail dan amati apakah dadanya mengembang. Jika dada bayi mengembang, mulai ventilasi dengan kecepatan 4 samapai 60 kali/menit.
8) Jika dada bayi tidak mengembang :
a) Perbaiki posisi bayi dan tengedahkan kepala lebih jauh.
b) Periksa hidung dan mulut apakah ada darah , mucus atau cairan ketuban dan lakukan penghisapan jika perlu.
c) Remas kantung ambu lebih keras untuk meningkatkan tekanan ventilasi.
9) Ventilasi bayi selama 1 menit, lalu hentikan, nilai dengan cepat apakah bayi bernafas spontan ( 30-60 kali/menit) dan tidak ada pelekukan dada atau dengkuran, tidak diperlukan resusitasi lebih lanjut. Teruskan dengan langkah awal perawatan bayi baru lahir
10) Jika bayi belum bernafas, atau pernafasannya lemah, teruskan ventilasi. Bawa bayi ke rumah sakit atau puskesmas teruskan ventilasi bayi selama perjalanan.
11) Jika bayi mulai menagis hentikan ventilasi amati bayi selama 5 menit . Jika pernafasan sesuai batas normal (30 – 60 kali/menit), teruskan dengan langkah awal perawatan bayi baru lahir.
12) Jika pernafasan bayi kurang dari 30 kali/menit teruskan ventilasi dan bawa ketempat rujukan.
13) Jika terjadi pelekukan dada yang sangat dalam, ventilasi dengan oksigen jika mungkin. Segera bawa bayi ke tempat rujukan, teruskan ventilasi.
g. Lanjutkan ventilasi sampai tiba di tempat rujukan, atau sampai keadaan bayi membaik atau selama 30 menit. (membaiknya bayi ditandai dengan warna kulit merah muda, menangis atau bernafas spontan)
h. Kompresi dada :
1) Jika memungkinkan, dua tenaga kesehatan terampil diperlukan untuk melakukan ventilasi dan kompresi dada.
2) Kebanyakan bayi akan membaik hanya dengan ventilasi.
3) Jika ada dua tenaga kesehatan terampil dan pernafasan bayi lemah atau kurang dari 30 kali/menit dan detak jantung kurang dari 60 kali/menit setelah ventilasi selama 1 menit, tenaga kesehatan yang kedua dapat mulai melakukan kompresi dada dengan kecepatan 3 kompresi dada berbanding 1 ventilasi.
4) Harus berhati- hati pada saat melakukan kompresis dada, tulang rusuk bayi peka dan mudah patah, jantung dan paru- parunya mudah terluka.
5) Lakukan tekana pada jantung, dengan cara meletakkan kedua jari tepat dibawah garis putting bayi ditengah dada. Dengan jari- jari lutus, tekan dada sedalam 1- 1,5 cm
i. Setelah bayi bernafas normal periksa suhu. Jika dibah 36,5 ̊C, atau punggung sangat dingin lakukan penghangatan yang memadai, ikuti standar 13. (penilitian menunjukkan, bahwa jika tidak terdapat alat- alat, kontak kulit ibu-bayi akan sangat membantu menghangatkan bayi. Hal ini dilakukan mendekatkan bayi kepada ibunya rapat kedada, agar kulit ibu bersentuhan dengan kulit bayi, lalu selimuti ibu yang sedang mendekap bayinya).
j. Perhatikan warna kulit bayi, pernafasan dan nadi bayi selama 2 jam. Ukur suhu tubuh bayi setiap jam hingga normal (36,5 ̊C – 37,5 ̊ C).
k. Jika kondisinya memburuk rujuk kefasilitas rujukan terdekat, dengan tetap melakukan penghangatan.
l. Pastikan pemantaun yang sering pada bayi selama 24 jam selanjutnya. Jika tanda – tanda kesulitan bernafas kembali terjadi, persipakan untuk membawa bayi segera ke rumah sakit yang paling tepat.
m. Ajarkan pada ibu, suami atau keluarganya tentang bahaya dan tanda- tandanya pada bayi baru lahir. Ajurkan ibu, suami/ keluarganya agar memperhatikan bayinya dengan baik- baik. Jika ada tanda- tanda sakit atau kejang, bayi harus segera dirujuk ke rumah sakit atau menghubungi bidan secepatnya.
n. Catat dengan saksama semua perawatan yang diberikan.